Sekolah Calon Pemimpin.
BPI Insighting- Sering kita dengar setiap sambutan, bahwa Al Qudwah harus melahirkan pemimpin pemimpin. Al Qudwah harus jadi sekolah Calon Pemimpin.
Selaras dengan Al Quran tentang pemimpin sebagaimana pernah kita bahas sebelumnya.
{ وَإِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٞ فِي ٱلۡأَرۡضِ خَلِيفَةٗۖ قَالُوٓاْ أَتَجۡعَلُ فِيهَا مَن يُفۡسِدُ فِيهَا وَيَسۡفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَۖ قَالَ إِنِّيٓ أَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُونَ }
[Surah Al-Baqarah: 30]
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Aku hendak menjadikan khalīfah di bumi."Mereka berkata, "Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?" Dia berfirman, "Sungguh Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Kata Jaailun pada ayat diatas bukan tentang menciptakan, tapi arti dari kata itu adalah menjadikan. Menciptakan bermakna dari tidak ada menjadi ada, tapi kata menjadikan dari ada menuju ada yang lain.
Kata "menjadikan" itu memberi sinyal tentang fungsi dan peran manusia di bumi Allah. Ayat ini mengatakan bahwa manusia memiliki fungsi dan peran sebagai Khalifah, salah satu maknanya adalah Pemimpin.
Jadi kepemimpinan itu bukan pilihan tapi kewajiban bagi semua manusia, baik dia laki-laki, perempuan, bahkan anak anak sekalipun.
Pemimpin itu berbicara tentang tanggungjawab, bukan sekedar passion menjadi seorang pemimpin. Karena setiap manusia adalah Pemimpin yang akan diminta pertanggungjawabannya atas apa apa yang dipimpinnya (hadits).
Maka pendidikan Islam hakikatnya mengarahkan anaknya menjadi seorang pemimpin. Apapun dan siapapun yang menjadi tanggungjawabnya.
Jika dia mempunyai tempat tidur, pakaian, sepeda dll, itulah yang dipimpinnya. Kelak Allah akan meminta pertanggungjawabannya. Memberikan, mencucinya adalah bentuk kepemimpinan.
Jika dia punya anak, maka dia bertanggungjawab atas amanah anak yang diembannya. Kelak Allah akan meminta pertanggungjawabannya atas pendidikan apa yang sudah diberikannya.
Walaupun dia hanya memiliki satu pakaian dan dia seorang diri tidak memiliki siapapun, maka dialah pemimpin untuk dirinya sendiri. Dia bertanggungjawab atas matanya, telinganya, mulutnya dst.
Sungguh Allah tidak menjadikan manusia menjadi pemimpin untuk seluruh alam semesta. Tapi Allah menjadikan kita menjadi pemimpin hanya di bumiNya.
Artinya Allah meminta manusia cukup untuk menjadi pemimpin dari apapun yang ada di bumi, air, tanah, udara, pohon dll. Menjaga Dan merawatnya yang akan membawa rahmat bagi semesta alam.
Kemudian meminta manusia untuk menjadi Khalifah yang membumi bukan sebumi. Membumi artinya menapak ke bumi, kokoh mengakar ke bumi. Kepala boleh sebumi punya wawasannya global, tapi kakinya tetap berada di buminya, tidak mengawang awang, terlalu melangit. Mungkin inilah yang dirasakan, banyak pemimpin tapi dia tidak kenal apa dan siapa yang dipimpinnya. Akhirnya hanya menikmati jabatannya saja sebagai pemimpin.
Inilah yang dimaksud, wawasan boleh global tapi tindakan tetap lokal. Jangan sampai pendidikan Islam mencerabut anak didik dari akarnya, akarnya adalah kampungnya.
Sungguh tidak ada kekuasaan dalam sejarah Nabi pun yang bisa menjadi pemimpin sebumi.Tapi sebagai guru peradaban bisa (ustadziatul alam).
Saat anak dididik menjadi pemimpin di bumi yang membumi inilah yang Allah sebut dengan Tamkin.
{ وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَيَسۡتَخۡلِفَنَّهُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ كَمَا ٱسۡتَخۡلَفَ ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمۡ دِينَهُمُ ٱلَّذِي ٱرۡتَضَىٰ لَهُمۡ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّنۢ بَعۡدِ خَوۡفِهِمۡ أَمۡنٗاۚ يَعۡبُدُونَنِي لَا يُشۡرِكُونَ بِي شَيۡـٔٗاۚ وَمَن كَفَرَ بَعۡدَ ذَٰلِكَ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ }
[Surah An-Nūr: 55]
Sabeq Company:
Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridhai bagi mereka, dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka (tetap) menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun. Tetapi barang siapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.
Bersambung, part#2
#ayokealqudwahlebak
Komentar